Meskipun prestasinya tidak main-main dalam dunia pendidikan, namun pendapatannya sangat jauh dari kata "layak"
Sartono |
Potret kelam pendidikan kita bisa dilihat dari minimnya perhatian dan kesejahteraan yang diberikan pemerintah terhadap para guru.
Seperti dialami Sartono, pencipta lagu Hymne Guru. Dia tidak mendapat pensiun meski sudah puluhan tahun mengajar di sekolah negeri.
Hingga selesai mengajar, statusnya tetap guru tidak tetap (GTT). Bahkan saat mengajar pun dia hanya mendapat gaji Rp60 ribu per bulan. Tak hanya itu, dia juga tidak pernah mendapatkan royalti dari lagu ciptaannya.
Sejak berhenti mengajar di sebuah SMP swasta di Madiun, Jawa Timur, pada 2002 lalu, dia tidak pernah lagi mendapat penghasilan tetap setiap bulan.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, keluarga Sartono hanya bergantung pada penghasilan sang istri, Damiyati, yang masih mengajar di salah satu SD negeri setempat.
Padahal karya yang pernah disumbangkan Sartono tidaklah main-main. Lagu yang kerap dibawakan setiap peringatan Hari Pendidikan Nasional adalah karyawanya yang dibuat pada 1980.
Ironisnya, dirinya tidak pernah mendapat royalty meski Kementerian Pendidikan Nasional mencantumkan lagu itu di beberapa buku sekolah.
Yang dia terima hanya beberapa penghargaan dari para menteri dan pejabat lainnya. Penghargaan itu kini hanya menjadi hiasan dinding di rumah sederhananya di Jalan Halmahera, Nomor 98, Madiun.
Pria kelahiran Madiun 15 Mei 1936 itu, tidak pernah mengeluh apalagi menyesali nasibnya. Menurut dia, apa yang dialaminya dan juga ribuan guru tidak tetap lainnya di seluruh Indonesia adalah risiko pekerjaan yang harus dihadapi dengan sabar.
Sumber : okezone
0 komentar:
Posting Komentar
Give Your Comment,here: