Surabaya tidak pernah kehabisan oleh sensasi kulinernya.
Sego Sambel 'Mak Yeye' di Wonokromo Surabaya cukup dikenal bagi penggemar kuliner. Sambal yang pedas dengan lauk ikan panggangan P atau Pari serta telor dadar dengan tempe goreng penyetnya, ciri khasnya.
Tak hanya sebagian warga Kota Pahlawan yang doyan sego sambelnya. Tetapi juga banyak pula warga dari luar kota bila ke Surabaya pasti akan menyempatkan mampir ke warung Mak Yeye yang lokasinya di belakang Darmo Trade Center (DTC) itu.
Setiap malam, ratusan orang rela antre hanya untuk menikmati sego sambel yang pedasnya cukup nendang itu. Mereka pun bermandi keringat setelah menyantap ludes sego yang 'berkuah' sambel khas Mak Yeye.
Kini setelah harga cabai melambung, penggemar sego sambel harus rela menambah ongkos Rp 1000. Imbas mahalnya cabai, Mak Yeye dengan berat hati pun menyesuaikan harga yang sebelumnya cukup Rp 9000 perporsi.
Keputusan penyesuaian harga itu sempat membuat perempuan yang bernama asli Supriyani bimbang. Dia tak ingin mencederai perasaan pelanggannya dengan menurunkan kadar pedas pada sambelnya. Namun sebaliknya, dia juga tak memiliki pilihan lain selain mengekor harga cabai di pasaran yang kenaikannya tak terkendali.
"Takutnya pembeli protes dan sepi. Tapi bagaimana lagi, lha wong harga lombok terus naik, saya bisa semakin rugi," tutur wanita yang sejak tahun 1982 ini sudah berjualan sego sambel ini saat ditemui Jumat malam (7/1/2011).
Namun Mak Yeye bisa bernafas lega. Meski harga perporsinya naik, para pelanggan bisa memakluminya. Antrean pun masih terjadi. "Untung orang-orang mau mengerti. Mereka justru memilih kenaikan harga daripada sambelnya tak pedas lagi," ujar Mak Yeye sambil tertawa.
Setiap malam, Mak Yeye mengaku sambel yang dibuatnya mampu menghabiskan 13 Kg cabai rawit, 2 Kg cabai merah. Sedangkan beras yang dihabiskan 1 Kuintal. Namun dia kadang juga pernah menghabiskan 15 kg cabai rawit.
Seorang pelanggannya yang tengah memesan 11 bungkus sego sambel untuk hidangan santap malam bersama keluarga mengaku tidak mempersoalkan kenaikan harga.
"Wajarlah, lombok kan lagi mahal-mahalnya. Yang penting tetap pedas membuat mulut inindoweh," kata Ridwan.
Sumber: detikSurabaya
0 komentar:
Posting Komentar
Give Your Comment,here: